Mahmud Abbas - Pemimpin Palestina |
Dubes Palestina: Kami Senang Dunia Bersama Kami
oleh Rochmanuddin; Posted: 30/11/2012 08:47
Liputan6.com, Jakarta : Dubes Palestina untuk Indonesia HE Fariz
Mehdawi mengaku senang keberadaan Palestina semakin diakui dunia. Ia pun
berharap masyarakat internasional terus mendukung keanggotaan penuh
Palestina di PBB.
"Kami senang Dunia berdiri di samping kami
pada hari bersejarah ini untuk meningkatkan keangotaan kami dalam
komunitas internasional PBB," ujar Fariz di Jakarta, Kamis (29/11/2012)
kemarin malam.
Fariz menambahkan makna Hari Internasional
Solidaritas ini bagi bangsa Palestina adalah Independent atau
Kemerdekaan. Menurutnya harus ada kemederkaan seperti yang diharapkan
dunia internasional. Ia pun optimis bisa menjaga hubungan baik dengan
negara sahabat lainnya terutama negara Arab.
Mengenai resolusi
tentang keanggotaan di PBB, Fariz menambahkan pihaknya bersama
masyarakat dunia terus mendorong agar Palestina diakui sebagai negara
yang berdaulat. Baik yang di Gaza maupun Yerusalem Timur. Kami tidak
bisa berdiri sendiri selama 40 tahun. Kami merasakan banyak kesakitan,
tekanan, kebanggaan, kewibawaan.
Ia pun berterima kasih atas
dukungan yang selama ini diberikan rakyat Indonesia bagi Palestina.
"Terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia, perjuangan ini murni
untuk kepentingan kemanusiaan," imbuh Fariz.(ADI). Sumber: Dubes Palestina: Kami Senang Dunia Bersama Kami
Terkait:
29 November, 'Tanggal Keramat' Israel Direbut Palestina
oleh Elin Yunita Kristanti; Posted: 30/11/2012 09:58
Liputan6.com, New York : Tanggal 29 November 2012 menjadi hari
bersejarah bagi Palestina. Untuk kali pertamanya ia diakui sebagai
sebuah negara, meski belum mendapatkan status keanggotaan penuh di PBB.
Tepat di hari itu, 65 tahun yang lalu. Pada 29 November 1947, PBB juga
menyetujui mengakhiri Mandat Britania Raya untuk Palestina. Melalui
Resolusi PBB 181 yang didukung 33 negara, 13 negara menolak, dan 10
lainnya netral, tanah Palestina dipecah belah menjadi wilayah untuk
Yahudi dan Arab. Yang menjadi cikal bakal berdirinya negara zionis
Israel.
Kasarnya Yahudi mendapat 55 persen wilayah dan pihak
Arab 45 persen. Orang-orang Arab yang marah lalu memulai perang. Dan
kalah.
Kondisi berbalik saat ini. Palestina kembali ke Majelis
Umum PBB memperjuangkan kesempatan kedua. Kali ini menang telak.
Didukung 138 negara, 41 menyatakan abstain, dan hanya 9 negara yang
menentang.
Seperti dimuat Al Arabiya, (30/11/2012), meski
membuat pemimpin AS dan Israel malu berat, warga sipil di Israel tak
merasa kalah. "Kami guru terbaik bagi warga Palestina dalam
memperjuangkan kemerdekaannya," kata Eitan Haber, kolumnis veteran untuk
koran Yediot Ahronot. "Mereka belajar dengan seksama sejarah gerakan
zionis," kata dia.
Koreksi Sejarah
Sekelompok aktivis
perdamaian Israel mengadakan unjuk rasa hari Kamis untuk mendukung upaya
Palestina di PBB. Aksi digelar di depan Museum Tel Aviv, di mana
kemerdekaan Israel diproklamasikan Mei 1948 lalu.
"Pemilihan
tanggal ini bukan kebetulan. Ini bertujuan untuk mengoreksi kekeliruan
sejarah," kata mantan anggota dewan Israel sekaligus aktivis, Mossi Raz.
"Enam puluh lima tahun lalu, PBB memutuskan mendirikan negara Yahudi
dan Arab .... tapi itu tak pernah terwujud. Dan hari ini kita
menyelesaikan keputusan bersejarah itu, dengan pendirian negara
Palestina."
Ini juga yang disampaikan Presiden Palestina
Mahmoud Abbas sebelum voting dimulai. "Enam puluh lima tahun yang lalu,
hari ini, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 181, yang memecah tanah
Palestina yang bersejarah menjadi dua negara dan menjadi akta kelahiran
bagi Israel," kata Abbas.
"Dan hari ini, Majelis Umum
terpanggil untuk mengeluarkan akta kelahiran bagi terwujudnya Negara
Palestina," kata dia seperti dimuat BBC. Sumber: 29 November, 'Tanggal Keramat' Israel Direbut Palestina
Rakyat Palestina rayakan pengakuan PBB
Reporter : Pandasurya Wijaya; Jumat, 30 November 2012 10:58:56
Rakyat Palestina merayakan pengakuan sebagai negara peninjau dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Jumat (30/11), ribuan warga
Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza ramai-ramai berkumpul di jalan.
Mereka menembakkan senjata ke udara, mengibarkan bendera Palestina, dan
saling berpelukan.
Ketika negara-negara di PBB sedang mengambil
suara, ribuan rakyat Palestina berkumpul di Kota Ramallah, Tepi Barat.
Mereka terdiam tegang menunggu hasil pemungutan suara. Ketika telah
diumumkan Palestina diakui sebagai negara, mereka langsung berteriak
gembira sambil meneriakkan takbir dan bernyanyi. "Saya sangat bahagia
dengan hasil ini meski hanya kemenangan moral," ujar Rashid al-Kor, 39
tahun.
Laila Jaman, warga perempuan Palestina-Amerika, tampak
mengibarkan bendera Palestina sambil mengacungkan foto Presiden Amerika
Serikat Barack Husein Obama dan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
"Rasanya menyenangkan sekali. Sulit dilukiskan dengan kata-kata," kata
dia terharu.
Di Kota Bethlehem, kembang api menghiasi langit malam dan gereja-gereja ikut merayakan dengan membunyikan lonceng tengah malam.
Dari 193 negara anggota PBB, sebanyak 138 negara mendukung Palestina
menjadi negara peninjau, sembilan menolak dan 41 abstain. Negara seperti
Kanada, Israel dan Amerika Serikat paling lantang menolak. Sumber: Rakyat Palestina rayakan pengakuan PBB
Hasil Voting PBB Merupakan Langkah Menuju Kemerdekaan Palestina
Jumat, 30/11/2012 11:40 WIB
New York, - Pemimpin Palestina Mahmud Abbas menyambut hasil voting PBB
yang menyetujui peningkatan status Palestina di PBB. Hal ini disebutnya
sebagai langkah bersejarah menuju kemerdekaan Palestina.
Namun
diakui Abbas seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (30/11/2012),
rakyat Palestina masih menghadapi "jalan panjang" untuk mendapatkan
negara mereka sendiri. Abbas juga meminta dihentikannya perpecahan
dengan kelompok Hamas yang menguasai Gaza.
"Hari ini benar-benar
hari yang bersejarah. Hari ini kita telah mengambil satu langkah menuju
kemerdekaan Palestina," kata Abbas kepada para diplomat dan jurnalis
usai voting Majelis Umum PBB yang mengakui Palestina sebagai negara
non-anggota PBB. Sebelumnya status Palestina di PBB hanyalah sebagai
"entitas pemantau".
"Di depan kita ada jalan yang panjang dan
sulit. Saya tak ingin merusak kemenangan kami malam ini namun jalan ke
depan masih tetap sulit," tutur Abbas.
"Kami berkomitmen untuk
mencapai hak-hak kami lewat perdamaian dan negosiasi. Kami tak akan
takut dan kami akan terus menempuh semua upaya yang mungkin untuk
mencapai tujuan kami secara damai," imbuhnya.
Abbas pun
mengatakan, perpecahan antara kelompoknya, Fatah dan kelompok Hamas
harus dihentikan. "Secara internal sebagai rakyat Palestina, kita
memiliki luka, yakni perpecahan dan kini saatnya untuk menyudahi
perpecahan itu," tandasnya.
Sidang Majelis Umum PBB di New
York, Amerika Serikat, pada Kamis (29/11/2012) waktu setempat,
memberikan suara bulat untuk mengakui peningkatan status Palestina di
PBB. Kini PBB mengakui status baru Palestina sebagai negara pemantau
non-anggota dari status sebelumnya yang hanya sebagai entitas pemantau.
Palestina mendapat dukungan mayoritas yakni 138 negara anggota majelis
umum PBB. Sementara hanya 9 negara anggota yang menolak dan sisanya, 41
negara menyatakan abstain dalam voting yang digelar. (ita/nrl). Sumber: Hasil Voting PBB Merupakan Langkah Menuju Kemerdekaan Palestina
Kemerdekaan Palestina, Kemenangan Kemanusiaan Melawan Penjajahan.
REP | 30 November 2012 | 14:48
Perjuangan rakyat Palestina melawan penjajah Israel mulai berbuah jalan
menuju kemerdekaan. Sejarah panjang penjajahan Israel terhadap bangsa
Palestina dimulai sejak PBB melalui voting Resolusi nomor 181, pada 29
November 1947, yang kemudian membagi Palestina sebagai bekas jajahan
Inggris menjadi dua negara, masing-masing untuk Arab dan Yahudi. Namun,
keputusan tersebut ditolak negara-negara Arab dan setelah muncul konflk
akhirnya hanya Israel yang diakui sebagai negara enam bulan kemudian.
Sejarah baru perjalanan bangsa Palestina mendapatkan titik cerah, pada
tanggal yang sama saat Resolusi Nomor 181 dikeluarkan, yaitu 29 November
2012, Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, memberikan
suara bulat mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Kini PBB mengakui
status baru Palestina sebagai negara pemantau non-anggota dari status
sebelumnya sebagai entitas pemantau. Meskipun bukan merupakan anggota
penuh sekarang Palestina dapat bergabung dengan badan-badan PBB dan
berpotensi bergabung dengan Mahkamah Pidana Internasional. Hal ini
merupakan langkah maju diplomasi Palestina untuk memperoleh pengakuan
kemerdekaan.
Mendapatkan pengakuan dari dunia internasional
atas negaranya, Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pidatonya di
Majelis Umum PBB menegaskan bahwa Palestina bersikukuh mendapatkan
kemerdekaan dengan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kota berikut wilayah yang
diduduki Israel tahun 1967. Dan meminta anggota PBB harus segera
mengeluarkan akta kelahiran Palestina.
Sedangkan Amerika
Serikat, yang konsisten menghalangi keinginan Palestina untuk
keanggotaan penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diajukan Abbas pada
September 2011 lalu, melalui Duta Besarnya di PBB, Susan Rice menentang
hasil voting ini. AS masih menolak keberadaan Palestina sebagai sebuah
negara.
AS memang.
Pernyataan sinis juga dikeluarkan oleh
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi keputusan Majelis
Umum PBB, mengatakan bahwa hal ini sebuah resolusi tak bermakna yang
tidak mengubah apapun di lapangan. Tidak akan terbentuk Negara Palestina
tanpa perjanjian yang memastikan keamanan bagi warga Israel. Dirinya
menuding Palestina telah menyalahi kesepakatan dengan Israel karena
membawa masalah kedua pihak ke dalam ranah unilateral.
Ada yang
membanggakan dalam Sidang Majelis Umum PBB, konsistensi Indonesia dalam
mendukung kemerdekaan bangsa Palestina kembali di suarakan. Menteri
Luar Negeri, Marty Natalegawa dalam pidatonya yang tegas mengatakan;
“Telah tiba waktunya bagi masyarakat internasional untuk membuat
keputusan yang benar. Dunia tidak lagi bisa menutup mata terhadap
penderitaan panjang Palestina, pengingkaran terhadap hak-hak dasar
manusia dan kebebasan dasar, obstruksi hak-hak mereka untuk menentukan
nasib sendiri dan kemerdekaan,”.
“Kami percaya bahwa negara
Palestina yang merdeka dengan hak yang sama dan, memang, tanggung jawab
yang sama dengan yang dari Negara lain, akan memberikan kontribusi pada
pencapaian suatu perdamaian yang abadi dan komprehensif di Timur
Tengah,”.
Pidato Marty Natalegawa mengingatkan kita pada Pidato
Presiden Soekarno, tahun 1962, “selama kemerdekaan bangsa Palestina
belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa
Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel”. Pidato yang membuat
kami sebagai masyarakat bangga sebagai anak bangsa, karena secara tegas
dalam konstitusi UUD 1945, bangsa Indonesia menolak penjajahan atas nama
apapun terjadi dimuka bumi ini
Di Palestina, masyarakat Gaza
tumpah ke jalan tak lama setelah Palestina diakui sebagai negara di
Sidang Umum PBB. Warga tumpah ke jalan. Sebagian dari mereka membawa
mobil dan membunyikan klakson sepanjang perjalanan menuju pusat kota.
Bendera kuning Fatah mendominasi jalanan Gaza. Namun tak sedikit pula
bendera hijau Hamas berkibar. Selain kedua bendera itu, ada pula bendera
warna merah. Tak tampak ada perbedaan, semua warga Gaza larut dalam
euforia.
Euforia kegembiraan warga Palestina merupakan perasaan
yang sama yang dirasakan oleh seluruh bangsa yang menolak penjajahan
atas nama apapun di muka bumi ini. Kemerdekaan sebuah bangsa merupakan
hak dasar bagi bangsa tersebut untuk membangun bangsanya menjadi bangsa
yang adil, makmur dan berdaulat. Semoga dengan keputusan penting ini
akan menjadi babak baru bagi Palestina untuk melakukan rekonsiliasi
internal, dalam rangka membangun kembali Palestina sebagai bangsa yang
bermartabat. Sumber: Kemerdekaan Palestina, Kemenangan Kemanusiaan Melawan Penjajahan.
KEMERDEKAAN PALESTINA: Liga Arab Anggap Dukungan RI Strategis
Kamis, 29 November 2012 | 07:02 WIB
KAIRO--Liga Arab menganggap dukungan Indonesia bagi Palestina strategis
dalam memperjuangan kemerdekaan negara jajahan Israel itu.
"Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia cukup
strategis dalam mendukung upaya kemerdekaan Palestina," kata Wakil
Sekjen Liga Arab Ahmed Benhelli dalam pertemuan dengan delegasi DPR di
Kairo, Rabu (28/11).
Menurut Benhelli, peranan penting
Indonesia di Asean juga memiliki nilai strategis dalam menyuarakan
Palestina di forum regional dan internasional.
Dalam pertemuan itu, Ketua Delegasi DPR Mahfudz Siddiq menjelaskan misi kunjungannya ke Mesir dan Palestina.
"Kunjungan delegasi DPR ke Mesir dan Palestina ini misi utamanya untuk
memperkuat hubungan bilateral," kata Mahfudz yang juga Ketua Komisi I
DPR..
Mengenai Palestina, Mahfudz mengatakan parlemen Indonesia
terus mendorong pemerintah untuk lebih meningkatkan upaya diplomatik
dengan mengintensifkan kontak dengan pihak terkait termasuk Liga Arab.
Di sisi lain, Ketua Kaukus Parlemen untuk Timur Tengah, Komisi I DPR
Muhammad Najib, menyinggung perlunya peningkatan kerja sama ekonomi
antara Indonesia dan kawasan Timur Tengah-Afrika.
Dalam kaitan
itu, Mahfudz mengemukakan, DPR telah melakukan rapat kerja dengan 13
duta besar Indonesia di negara-negara kawasan Timteng dan Afrika Utara
untuk mengetahui sejauh mana potensi kerja sama ekonomi.
"Dalam
rapat kerja itu diketahui bahwa potensi kerja sama ekonomi cukup besar,
namun belum optimal direalisasikan," ujarnya. (Antara/if). Sumber: KEMERDEKAAN PALESTINA: Liga Arab Anggap Dukungan RI Strategis
Kemerdekaan Palestina untuk Perdamaian Dunia
19 November 2012
Konflik Palestina-Israel kembali berkobar, atau lebih tepatnya adalah
konflik antara Hamas versus Israel. Korban jiwa dan luka terus bertambah
akibat konflik yang meletus sejak hari Rabu kemarin (14/11) itu. Dan
jumlah korban diperkirakan akan terus meningkat karena belum ada
tanda-tanda kedua belah pihak mau kembali ke meja perundingan.
Alih-alih, Israel justru diberitakan akan segera melakukan serangan
darat ke Jalur Gaza, wilayah kekuasaan Hamas.
Kebiadaban Israel
dalam menyerang orang-orang Palestina yang tak imbang dari segi
persenjataan senantiasa mendapatkan kecaman dari banyak pihak, termasuk
dari negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti
Indonesia. Bahkan negara-negara Barat yang kerap mendukung Israel secara
membabi-buta pun tidak jarang menjadi sasaran aksi protes sebagian
masyarakat di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Lebih dari pada itu semua, tak sedikit kelompok radikal dan teroris
yang bahkan melakukan pelbagai macam aksi teror dengan menargetkan
aset-aset asing atas nama membela perjuangan rakyat Palestina.
Kelompok-kelompok jihad internasional, contohnya, kerap menegaskan bahwa
aksi teror yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap kebiadaban
Barat dan Israel atas rakyat Palestina.
Harus ditegaskan
bersama, Palestina mempunyai hak seutuhnya untuk merdeka dan terbebas
dari perbuatan semena-semena Israel. Apalagi pada era modern ini
Palestina menjadi “satu-satunya” bangsa yang terjajah di dunia. Kondisi
Palestina yang terus dijajah dan dibantai oleh Israel telah menjadi aib
bagi peradaban modern yang kerap menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi, kemanusiaan dan perdamaian. Bahkan kondisi Palestina yang
terus dijajah turut menyebabkan suburnya radikalisme dan terorisme
secara global.
Oleh karenanya, sudah sepantasnya bila
masyarakat mendukung perjuangan rakyat Palestina sekaligus mengecam
tindakan brutal Israel. Tapi hendaknya, dukungan yang ada dilakukan atas
nama kebangsaan dan kemanusiaan, bukan atas nama keagamaan. Karena
konflik antara Palestina dengan Israel sesungguhnya bukan konflik
keagamaan (Islam v Yahudi, apalagi Islam v Kristen). Sebaliknya, di
Palestina antara penganut tiga agama samawi di atas senantiasa hidup
rukun dan damai (sebagaimana pernah diakui oleh Duta Besar Palestina di
Indaonesia kepada Lazuardi Birru dalam sebuah wawancara eksklusif).
Kemerdekaan Palestina akan sangat berpengaruh bagi tegaknya peradaban
modern sejati dengan penerapan nilai-nilai luhur tanpa pandang bulu.
Harus diakui bersama, selama ini peradaban modern ibarat orang bermuka
dua. Di satu sisi, peradaban modern kerap menekankan pentingnya
kemanusiaan, perdamaian, demokrasi dan kemodernan lainnya. Tapi di sisi
lain, peradaban modern justru membiarkan Palestina diperlakukan secara
hina kelana oleh Israel. Seakan-akan rakyat Palestina tidak mempunyai
kemanusiaan yang utuh dan tak pantas mendapatkan hidup secara damai dan
tentram.
Lebih dari pada itu, kemerdekaan Palestina akan sangat
berpengaruh bagi menurunnya aksi radikalisme dan terorisme global.
Setidak-tidaknya, bila Palestina telah merdeka, kelompok-kelompok
radikal dan terorisme global tak lagi mempunyai alasan melakukan aksi
kekerasan atas nama rakyat Palestina. Atas nama kemanusiaan dan
kebangsaan, mari kita dukung kemerdekaan Palestina dan kita kecam
serangan Israel ke Gaza yang sangat biadab dan melecehkan peradaban
modern. (Redaksi) Sumber: Kemerdekaan Palestina untuk Perdamaian Dunia
PALESTINA MERDEKA: Dukungan Indonesia Dinilai Strategis
Oleh Newswire on Thursday, 29 November 2012
KAIRO–Liga Arab menganggap dukungan Indonesia bagi Palestina strategis
dalam memperjuangan kemerdekaan negara jajahan Israel itu.
“Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia cukup
strategis dalam mendukung upaya kemerdekaan Palestina,” kata Wakil
Sekjen Liga Arab Ahmed Benhelli dalam pertemuan dengan delegasi DPR di
Kairo, Rabu (28/11/2012).
Menurut Benhelli, peranan penting
Indonesia di Asean juga memiliki nilai strategis dalam menyuarakan
Palestina di forum regional dan internasional.
Dalam pertemuan itu, Ketua Delegasi DPR Mahfudz Siddiq menjelaskan misi kunjungannya ke Mesir dan Palestina.
“Kunjungan delegasi DPR ke Mesir dan Palestina ini misi utamanya untuk
memperkuat hubungan bilateral,” kata Mahfudz yang juga Ketua Komisi I
DPR.
Mengenai Palestina, Mahfudz mengatakan parlemen Indonesia
terus mendorong pemerintah untuk lebih meningkatkan upaya diplomatik
dengan mengintensifkan kontak dengan pihak terkait termasuk Liga Arab.
Di sisi lain, Ketua Kaukus Parlemen untuk Timur Tengah, Komisi I DPR
Muhammad Najib, menyinggung perlunya peningkatan kerja sama ekonomi
antara Indonesia dan kawasan Timur Tengah-Afrika.
Dalam kaitan
itu, Mahfudz mengemukakan, DPR telah melakukan rapat kerja dengan 13
duta besar Indonesia di negara-negara kawasan Timteng dan Afrika Utara
untuk mengetahui sejauh mana potensi kerja sama ekonomi.
“Dalam
rapat kerja itu diketahui bahwa potensi kerja sama ekonomi cukup besar,
namun belum optimal direalisasikan,” ujarnya. (if/juanda). Sumber: PALESTINA MERDEKA: Dukungan Indonesia Dinilai Strategis
Palestinians celebrate expected victory at U.N.
Thousands gather across the West Bank and Gaza tor support attempts by Mahmud Abbas to secure upgraded UN status. By Edmund Sanders; November 29, 2012, 11:12 a.m.
RAMALLAH, West Bank -- Keeping hopes high and expectations low is a
strategy Palestinians have used for decades to get through the ups and
downs of their statehood campaign. Such sentiments were on full display
here Thursday.
As Palestinian Authority President Mahmoud Abbas
prepared for a landmark United Nations vote on whether to upgrade the
status of Palestinian territories from “entity” to “state,” thousands of
people gathered in Ramallah and other West Bank cities to celebrate
what is expected to be a rare diplomatic victory. The final vote was
expected to take place in New York later Thursday.
The crowds
were a bit smaller and the excitement levels a little lower than the
last time Palestinians went to the world body in September 2011 in their
failed attempt to win U.N. membership.
But there were still
plenty of Palestinian flags, impassioned speeches, street vendors
selling lupini beans and a giant-screen television in downtown Ramallah
to watch Abbas make his case to the international body.
Even as
they danced in the streets during the day’s festivities, Palestinians
acknowledged that their struggle for statehood is far from over. But
they expressed hope that the vote would bring them a little closer.
“This will strengthen our position, as a people and as a country,’’
said Sahar Safi, 30, a Palestinian refugee from Amman, Jordan, seated in
Arafat Square in Ramallah with two young nieces with their faces
painted with Palestinian flags. “Now if Abbas wants to negotiate, he’ll
have more power.”
Mohamed Yousef, 25, a Ramallah barber, said Palestinians realize that the vote is only a small step.
“We’ve been waiting for this moment for a long time,’’ he said. “But we
should not expect that just because we won the vote that the occupation
will end. We still need the settlers to leave, prisoners to be released
and refugees to come back.”
He said the recent Gaza Strip
conflict between Israel and the Islamist militant group Hamas emboldened
and inspired many Palestinians in the West Bank to stand up to Israel.
He said he hoped the two Palestinian factions would reconcile.
“Arafat used to say that he had an olive branch in one hand and a gun in
the other,” Yousef said. “Abbas is our olive branch and Hamas is our
gun.”
Ambulance driver Palal Eid, 50, said Palestinian statehood is long overdue.
“We hope this is a turning point,’’ he said. “I’m 50 and I’m still
waiting for a state. My father lived to 88 and never saw one.”
Omar Khuffash, 47, who works for a Palestinian housing agency, said Abbas should turn to the international community.
“We’ve had worthless negotiations for 20 years,’’ Khuffash said. “We
should forget about Israel and use the U.N. Unless we have assurances
from the world, we will never achieve anything from negotiations.”
But then he shrugged and said he believed the international body has
also failed Palestinians. “We’ve seen U.N. resolutions for 65 years
about human rights, refugees, international law and nothing is ever
implemented.”
In a rare scene in Gaza Strip, Hamas officials
allowed rivals from Abbas’ Fatah Party to march in the streets to show
their support for the U.N. bid. Speeches by Fatah leaders in the West
Bank city of Nablus were broadcast on large TV screens in Gaza.
“This sends a clear message to all in the world who love truth and
justice that the Palestinian people stand united,’’ said Abu Joda Nahal,
a Fatah leader in Gaza. Sumber: Palestinians celebrate expected victory at U.N.
65 Years Later, Palestinians Celebrate a UN Vote
By By ARON HELLER and DAN PERRY Associated Press
JERUSALEM November 29, 2012 (AP)
The black-and-white photos show masses of people yearning for
independence, celebrating a vote recognizing a state in Palestine. It
was a day that generations of pupils would be taught to remember with
reverence: Nov. 29.
The jubilant revelers were Jews, the year
was 1947, and the vote was held in the United Nations General Assembly.
The Palestinians rejected the partition plan, which called for Jewish
and Arab states to be established after the imminent expiration of the
British rule over Palestine. The outraged Arabs soon started a war they
eventually lost.
Sixty-five years later to the day, the tables
are somewhat reversed: Palestinians have turned to the General Assembly
for a second chance — and it is the Israelis who have dismissed the
vote, which resoundingly upgraded the Palestinians' U.N. status, as a
symbolic trifle.
The irony of the date was not lost on the Israelis.
"We are the best teachers of the Palestinian people in their struggle
for independence," wrote Eitan Haber, a veteran columnist for the Yediot
Ahronot daily. "They have studied carefully the history of the Zionist
movement."
While it's true that Thursday's vote won't
immediately create a state of Palestine, it will give the Palestinians a
boost, elevating their status from U.N. observer to nonmember observer
state — like that of the Vatican. The resolution upgrading the
Palestinians' status was approved by a vote of 138-9, with 41
abstentions, in the 193-member world body.
Mideast Israel Palestinians UN Redo.JPEG
AP
FILE - In this Nov. 30, 1947 file photo,... View Full Caption
Anton Salman, a resident of the Palestinian city of Bethlehem in the
West Bank, said he hoped international recognition will mark the
beginning of a new period that "will begin to build a real state and to
recognize our identity as a people with a state and land."
The
vote recognizes a Palestinian state in the West Bank, Gaza and east
Jerusalem, the lands Israel captured in the 1967 Mideast war. This
represents far less territory than the Palestinians were offered on Nov.
29, 1947, when the U.N. General Assembly passed Resolution 181.
Palestinian President Mahmoud Abbas, in a rare moment of candor,
admitted in an Israeli TV interview last year that the Arab world erred
in rejecting the plan. "It was our mistake. It was an Arab mistake as a
whole," he said at the time.
Resolution 181 called for the
partition of the British-ruled Palestine Mandate into a Jewish state and
an Arab state: 33 countries voted in favor, 13 against and 10
abstained.
The resolution was accepted by the Jews of Palestine
and set off jubilant celebrations. In a whiff of nostalgia, Israeli TV
on Thursday aired grainy footage from that day of people dancing in the
streets. Israeli radio interviewed Israeli seniors about their
recollections from that day.
It was a strikingly different
Israel from today — a place where only several hundred thousand Jews
lived, most of them European. Their suits and hats were more suited to
Vienna than to the Middle East. Few back then would have imagined the
Israel of today — much more Middle Eastern yet also heavily influenced
by America, prosperous and powerful beyond the imaginations of most of
the revelers of 1947.
After the vote, ecstatic Palestinians in
Ramallah and other West Bank towns waved flags, danced in the streets
and set off fireworks.
A group of Israeli peace activists held a
rally Thursday to support the Palestinian bid in front of the old Tel
Aviv Museum, where Israel's independence was declared in May 1948.
"The choice of date is not accidental. It's aimed at correcting a
historical mistake," said Mossi Raz, a former Israeli lawmaker and
veteran activist. "Sixty-five years ago, the United Nations decided to
establish a Jewish state and an Arab state ... but it never happened.
Today we are completing a historic decision with the establishment of
Palestine." Follow Dan Perry at https://twitter.com/perry—dan Sumber: 65 Years Later, Palestinians Celebrate a UN Vote
Palestinians celebrate UN statehood vote
Published on Thursday November 29, 2012
RAMALLAH—Celebratory gunfire rang out over Ramallah’s Yasser Arafat
Square on Thursday and more than a thousand residents and Palestinian
Authority security forces danced and cheered as the United Nations voted
overwhelmingly to admit Palestine as a non-member observer state.
The well-choreographed euphoria among a sea of waving Palestinian flags
was the culmination of a day of officially organized celebrations.
Students and government workers were given the day off and encouraged to
take to the streets across the West Bank.
All political
factions were reportedly celebrating in the streets of Gaza City after
Gaza’s Hamas government endorsed the move by rival Fatah leader and
Palestinian Authority President Mahmoud Abbas to upgrade the
Palestinians’ international status.
Hamas opposed last year’s
statehood bid at the UN, but this month’s eight-day conflict between
Israel and Hamas has contributed to a shift in Palestinian politics.
During the conflict, which killed more than 160 Palestinians in Gaza
and five Israelis, Hamas demonstrated in the streets of Ramallah for the
first time since 2008.
With Hamas widely perceived as having
repelled an Israeli attack, support for the group has been growing. And
amid skepticism of the PA’s approach to negotiations, which has few
tangible results, Abbas has been focusing on national reconciliation.
Support for the UN bid from all Palestinian political factions is seen
locally as the first step to reconciling the split between Hamas and
Fatah, which lost control of Gaza to Hamas in 2007.
“The
(latest) war on Gaza showed all the factions need to provide a united
platform, as no faction can stand alone — whether it is armed resistance
or diplomacy,” said PA spokeswoman Nour Odeh. “This bid translates into
diplomatic action.”
Away from the blasting Palestinian
national ballads and booming speeches, Thursday’s hype was taken with a
strong dose of skepticism.
“The (Palestinian) Authority needs
to make the people say ‘wow,’ like Hamas did in Gaza,” says Hussain
Zahouri, a young graphic designer playing backgammon in a popular
Ramallah coffee shop. The celebrations, he said, are “all political
propaganda for the PA. They are creating a show.”
While many Palestinians share his cynical outlook on their leadership, the UN bid is widely supported.
“I am not a fan of Abbas but I support this move,” says Nasser Hourani,
a middle-aged advertising company owner sitting across the backgammon
board from Zahouri.
Both agree that the recognition — which
gives Palestine the same UN status as the Vatican — will give
Palestinians more tools to pressure Israel with, especially access to
the International Criminal Court. Sumber: Palestinians celebrate UN statehood vote
ALSO ON THESTAR.COM
- Palestinians celebrate UN statehood vote
- Opinion: Stephen Harper out of step on Israel and Palestine
VIDEO:
- Indonesia Desak Gerakan Non-Blok Dukung Palestina Merdeka
- SBY Dukung Kemerdekaan Penuh Palestina
- RENUNGAN | 62 TAHUN DERITA PALESTINA: SAMPAI KAPAN.?
- Posisi Obama Dalam Isu Israel-Palestina - Liputan Berita VOA 19 Nov 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar